Friday 19 July 2013

BAB II


TELAAH PUSTAKA

2.1 Sejarah Jakarta utara.

Wilayah Jakarta utara yang terletak di muara sungai ciliwung merupakan pusat kegiatan masyarakat dari abad ke 5 hingga saat ini. Karena terletak pada pesisir pantai yang menjadikannya pintu masuk utama untuk memasuki wilayah jakarta. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bangunan pemerintahan dan gudang – gudang yang berdiri disekitar pelabuhan sunda kelapa. Pada masa kolonial belanda, kawasan Jakarta utara ini dijadikan sebagai pusat kota. Dengan mendirikan gedung pemerintahan, perekonimian dan pusat kegiatan masyarakat yang sekarang lebih dikenal kawasan kota tua.
Saat ini Jakarta utara selalu berbenah diri untuk memenuhi segala kebutuhan bagi para penduduk dan pendatang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hadirnya pertumbuhan pembangunan untuk hunian, perekonomian, tempat rekeasi dan sarana prasana pendukung untuk mempermudah segala kegiatan warga Jakarta, khususnya kawasan Jakarta utara.

2.2 Tindakan pelestarian.
Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan kawasan Jakarta utara memiliki banyak nilai sejarah historial hingga arsitektural. Hai ini bisa dijadikan suatu nilai tambah khususnya dibidang pariwisata. Maka dari itu pemerintah kota administrasi Jakarta utara bekerja sama dengan dinas pariwisata bekerjasama membuat kawasan pelestarian cagar budaya, yaitu kawasan sejarah kota tua. Untuk itu kawasan dan tempat  tempat tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

2.3. Konservasi 

Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.
Namun menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter.
Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan.
Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain :
a. Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar.
b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
c. Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.

d. Melindungi benda-benda (dalam hal ini benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro organisme.

2.4. Pengertian Pasar
          Pasar adalah tempat bertemunya penjual atau lembaga niaga dengan pembeli atau konsumen, yang diusahakan secara berkelompok atau dan terbuka untuk umum, baik yang bersifat sementara atau permanen. Biasanya pasar  menyediakan barang kebutuhan sehari-hari terutama bahan pangan.

A.    Pasar modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.

B.     Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar. Para pengelolanya bermodal kecil. Contoh pasar tradisional antara lain Pasar Lawang (Malang) dan Pasar Senen (Jakarta).

Pengertian Sirkulasi Pada Bangunan Pasar Tradisional
Sistem sirkulasi pada bangunan, secara umum dapat didefinisikan sebagai jalan lalu
lalang dari jalan masuk di luar bangunan sampai masuk ke dalam bangunan. Sistem sirkulasi pada bangunan dapat digolongkan kepada sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal.
       Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007, tentang Pembangunan, Penataan, dan Pembinaan Pasar Tradisional :
a.       Aksesbilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan. Dalam kenyataan ini berwujud jalan dan transportasi atau pengaturan lalu lintas
b.      Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya.
c.       Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
d.      Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.

Zona dan Sirkulasi Ideal pada Pasar Tradisional
  Zona ideal pada pasar tradisional terdiri dari beberapa aspek yaitu :
·         Aspek fisik keruangan
Menyesuaikan tata ruangnya dengan kondisi eksisting yang ada sehingga menghidupkan aktivitas perekonomian dilokasi pasar serta sarananya.
·         Aspek sosial ekonominya
Meliputi hubungan sosial pedagang dan konsumen, serta sistem pengelolaan pasar atau manajemen.
  Sebuah pasar tradisional tidak harus identik dengan pengelola manajemen yang
tradisional, tetapi dapat dikelola oleh manajemen modern, sehingga tidak kalah saing dengan pasar lainnya.

2.5. Bentuk dan Pola Pasar

a.             Pola pasar yang homogen
Menunjukkan suatu pasar, dimana semua konsumen yang dapat dikatakan mempunyai pola yang sama ( baik mengenai harga dan kualitasnya ) para konsumen mempunyai kesukaan yang sama terhadap merk yang ada.



     

b.             Pola Pasar yang Menyebar
       Menunjukkan konsumen yang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda tentang apa yang mereka inginkan.


c.      Pola Pasar yang Menyebar Dengan Terkoordinir ( Berkelompok )
Menunjukkan kemungkinan yang lain, yaitu pola yang mengelompok didalam suatu  “product space” atau yang disebut juga dengan pasar tradisional
 



BAB III


KAWASAN PASAR IKAN

Pasar Ikan tahun 1940-an.




Kawasan Pasar Ikan Merupakan Daerah pesisir Kecamatan Penjaringan yang  merupakan salah satu kawasan bersejarah Jakarta, yang terletak di muara Sungai Ciliwung yang merupakan daerah pelabuhan penting di Jawa Barat, digunakan sebagai pelabuhan utama kerajaan Pakuan Pajajaran dan Batavia. Daerah ini telah menjadi lokasi peperangan antara kerajaan lokal, Kekaisaran Portugis dan Hindia Belanda. Sekitar abad ke-16, daerah Muara Angke (daerah pantai Penjaringan, hanya untuk sebelah barat Batavia lama) dianggap area strategis dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak untuk merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis.
Selama era kolonial Belanda, daerah yang sekarang Kelurahan Administratif Penjaringan dikembangkan menjadi area labuh kapal. Gudang dibangun di daerah ini sejak abad ke-17, beberapa bangunan masih ada hari ini (seperti sekarang Museum Bahari Galangan Kapal VOC dan, kantor perdagangan mantan dibangun pada 1628). Ini pelabuhan Batavia pernah menjadi bagian dari pelabuhan utama dari jaringan perdagangan rempah-rempah komersial di Asia.
Beberapa desa muncul selama era kolonial Belanda. Beberapa desa ini, terletak di pelabuhan Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Kampung Luar Batang. Desa ini merupakan lokasi dari Masjid Luar Batang, dibangun pada 1739.

Selama tahun 1970, karena kapasitas yang tidak memadai dan kurangnya fasilitas, pelabuhan perikanan baru yang disebut Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) (juga dikenal sebagai "Jakarta Fishing Port") diciptakan di sisi barat Pelabuhan Sunda Kelapa, dalam Kecamatan Penjaringan. Kelayakan dan studi rekayasa dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency 1973-1979. Konstruksi dibagi menjadi empat fase yang dimulai pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 2002.

3.1. Analisis 


kawasan Pasar Ikan 

disini dapat dilihat Letak  Kawasan pasar ikan yang berdampingan dengan Musium Bahari dan Menara Syahbandar.


Analisis Arah Pintu masuk

pada Kawasan pasar ikan ini tidak adanya Pasar yang menjajakan Aneka Macam Ikan melainkan Pasar yang Menjajakan Oleh-oleh untuk wisatawan yang berkunjung ke Museum Bahari dan juga Peralatan Berlayar maupun menjaring Ikan. ada pula yang menjajakan ikan kering atau biasa disebut dengan ikan asin.

kondisi pasar Ikan

 oleh-oleh souvenir
jaring ikan


pada bangunan Yang dilingkari Ungu, Saat Ini bangunan Tersebut Sangat tidak berfungsi Kosong dan tidak Digunakan. 
Pada Bagian Dalam Kawasan hanya terdapat kios-kios yang menjual kebutuhan pokok maupun lainnya serta ada yang menjual Ikan kering atau ikan Asin.




Kawasan Pasar Ikan ini Juga dikenal dengan kawasan Sunda Kelapa. pada Kawasan ini Terdapat sebuah Masjid yang sangat Terkenal banyak Orang yang dari jauh berziarah atau mengunjungi masjid tersebut 



Masjid Luar Batang adalah sebuah masjid yang berada di daerah Pasar IkanJakarta Utara. Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus yang meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Nama masjid ini diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. Ia dijuluki demikian karena konon dahulu ketika Habib Husein meninggal dan hendak dikuburkan di sekitar Tanah Abang, tiba-tiba jenazahnya sudah tidak ada di dalam "kurung batang". Hal tersebut berlangsung sampai tiga kali. Akhirnya para jama'ah kala itu bermufakat untuk memakamkan beliau di tempatnya sekarang ini. Jadi maksudnya, keluar dari "kurung batang". Masjid ini sering didatangi peziarah dari berbagai pelosok tanah air.



...Masjid Luar Batang Saat Ini...

BAB IV

PENANGANAN PLESTARIAN


tujuan dari Konservasi Kawasan Pasar Ikan Ini adalah :
1. Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. karena Kawasan ini Hampir 75% tidak Terpelihara dengan baik 
contohnya : 

gambar ini merupakan gambar didepan museum bahari. 

b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. karena hampir  70% bangunan tiadak berfungsi sepeti biasanya bahkan ada bangunan yang disia-saiakan dan kosong hingga saat ini 

penggunaan Pola pasar :


 Pola Pasar yang Menyebar Dengan Terkoordinir ( Berkelompok )
Menunjukkan kemungkinan yang lain, yaitu pola yang mengelompok didalam suatu  “product space” atau yang disebut juga dengan pasar tradisional


karena Pada Kawasan Pasar ikan ini Banyak beraneka ragam Ikan yang nantinya akan diperjual belikan. sehingga, setiap ragam yang berbeda  harus dipisahkan.
contohnya : *penjualan ikan laut Segar, dengan ikan Asin
                    * pasar apung dengan Pasar darat


PLESTARIAN :

1. PARKING AREA

pada Parking Area dibentuk vertikal demi terbangunnya ruang hijau.
Parking Area ini diletakan dibekakang Menara syahbandar.


 2. POLA PASAR IKAN
Pada Kawasan Pasar ikan ini Banyak beraneka ragam Ikan yang nantinya akan diperjual belikan. sehingga, setiap ragam yang berbeda  harus dipisahkan. serta akan dibangun membentuk kios terbuka sehingga agar dapat terjaga kebersihan lingkungan kawasan pasar maupun sirkulasi udara yang baik.



3. PASAR APUNG

Pasar Apung Akan dibangun dipinggiran Pantai, Demi melestarikan tradisi dahulu.
di pinggir pasar juga akan dibangun penyewaan perahu untuk berkeliling Kawasan Sunda Kelapa.


4. PLAZA DAN AREA HIJAU

Plaza dan Area Hijau akan dibangun di tengah pasar.
sehingga dapat menjadi tempat istirahat mauapun berkumpul pengunjung.




demikian Penanganan Plestarian Kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, jakarta Utara. kawasan Pasar Ikan ini harus terus dilestarikan karena masih banyak turis manca negara yang ingin berkunjung ketempat ini.


Demikian, apabila terdapat kesalahan kata mohon maaf ....

Thursday 6 June 2013

KONSERVASI ARSITEKTUR PADA KAWASAN PASAR IKAN JAKARTA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Pengertian Konservasi secara umum adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam . Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.
Sedangkan pengertian konservasi di dalam dunia arsitektur sebagai Konsep Proses Pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung terpelihara dengan baik meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi dan situasi lokal Konservasi Kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan perubahan sosial, dan bukan secara fisik saja.
Konservasi harus meproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya. Penyelamatan suatu obyek konservasi adalah bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Konservasi suatu bangunan kolonial tidak diartikan suatu cara mengenang kolonialisme dan ketidakberdayaan bangsa tetapi menjadi ” tantangan ” untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan mengisi karya yang lebih baik. Pelestarian suatu arsitektur kolonial adalah mengingatkan kegetiran serta meningkatkan harga diri bangsa untuk tetap merdeka. Keberadaan bangunan bersejarah memiliki signifikasi pembentukan kolektif memori serta membangun kesinambungan sejarah yang merupakan dasar terbentuknya makna sebuah lingkungan. Dengan demikian sangat keliru bilamana suatu program pelestarian hanya ditujukan untuk tujuan estetika.
Pasar ikan merupakan titik awal perkembangan kota Jakarta. Peranannya yang sangat penting, dimulai pada abad ke-16 sebagai pelabuhan Kerajaan Tarumanegara, melewati perjalanan waktu yang diisi dengan campur tangan berbagai bangsa, seperti Portugis, Belanda dan Inggris, juga upaya-upaya kerajaan nusantara (Demak) untuk menguasainya. Hingga 1617 Belanda membangun gudang-gudang Nassau dan Mauritius, yang kemudian menjadi benteng Jakarta (Fort of Jacarta). Perkembangan selanjutnya kawasan Pasar Ikan menjadi pelabuhan utama urat nadi perekonomian yang sangat penting. Pada perkembangan berikutnya dibangun Pelabuhan Tanjung Priok, dengan segala kelebihannya sehingga Pelabuhan Sunda Kelapa termasuk Kawasan Pasar Ikan mulai ditinggalkan dan dari hari ke hari mengalami kemunduran baik dari segi ekonomi maupun dari segi kualitas lingkungan. Hal ini berlangsung pelan tapi pasti dan menjadi proses hilangnya salah satu mata rantai sejarah bangsa yang sangat berharga. Pemerintah DKI Jakarta telah menyadari ancaman ini, sehingga berusaha menghidupkan kawasan ini. Adanya keinginan atau motivasi histories untuk mengembalikan citra Jakarta sebagai kota pantai dapat diwujudkan dengan mengembangkan Pasar Ikan menjadi sebuah pasar festival ikan, mengingat kegiatan perdagangan ikan merupakan kegiatan utama di kawasan. Pasar Festival Ikan di Sunda Kelapa direncanakan menjadi suatu pasar tempat jual beli produk jenis sumber daya laut yang didalamnya tidak hanya terdapat aktifitas jual beli saja akan tetapi juga menawarkan atraksi berupa keunikan cara penjualan dan cara pengolahan yang sipa disajikan untuk dinikmati ditempat sambil berekreasi. Pasar Festival ini diajukan karena kebutuhan masyarakat Jakarta akan sarana rekreasi baru untuk mengatasi kejenuhan akibat rutinitas dan intensitas kegiatan yang tinggi di kota. Masyarakat dan wisatawan dapat menikmati suasana tepi pantai dengan hidangan sea food khas kawasan serta aktivitas yang berorientasi kea lam (outdoor) dengan atraksi yang menampilkan kebudayaan setempat.
Letak Pasar Festival Ikan di Sunda Kelapa ini memiliki beberapa potensi, antara lain mudah diakses dari jalan darat (melalui Stasiun Kota), jalur air (Pelabuhan Tanjung Piok dan Pelabuhan Sunda Kelapa) serta jalur udara (relative dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta), memiliki point of interest berupa bangunan kuno yang dikonservasikan (Museum Bahari, Menara Syahbandar dan bangunan pergudangan) juga memiliki potensi alam berupa view kea rah laut dan Kepulauan Seribu. Dengan pembangunan pasar festival ikan ini diharapkan dapatkualitas fisik dan non fisik kawasan, selain juga meningkatkan pendapatan daerah dengan menjadikannya sebagai salah satu obyek tujuan wisata di Jakarta Utara.

1.2            Perumusan Masalah

Pada laporan ini akan dibahas mengenai konservasi arsitektur meliputi kawasan Pasar Ikan Jakarta Utara. Masalah yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah:
Bagaimana cara melakukan konservasi pada kawasan pasar ikan sehingga dapat mengembalikan citra Jakarta sebagai kota pantai?


1.3            Maksud dan Tujuan


Tujuan yang dapat kita gali dari pembahasan mengenai konservasi arsitektur pada kawasan pasar ikan .
Tujuan pembahasan mengenai penulisan ini adalah:

a.       Mengetahui apa konservasi
b.      Membuka wawasan terhadap konservasi wilayah
c.       Mengevaluasi faktor-faktor  yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari hasil konservasi pada kawasan pasar ikan tersebut.


sumber :
ASRIANTI, TIFA (2002) PASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA
http://utara.jakarta.go.id/srv2/index.php?option=com_content&view=article&id=1&Itemid=6

kelompok
 Achmad faishal r

Brigita citra wigati


Hardiansyah

Rosyida nur kamilah

4TB02